Tulisan tak bernyawa

Thursday, December 8, 2011

Sang Pujangga

Wahai malam, raja yang menguasai seluruh kepekatan. Ketika aku melihat langit yang tak berbintang, aku bertanya “kenapa?”... ketika udara malam yang begitu dingin hingga menusuk kalbuku, lalu aku pun bertanya ”kenapa?”. Adakah manusia yang mampu memberikan penjelasan atau pengertian maupun solusi atas jawaban semua ini? Beri aku sedikit sinar cerah yang akan memberikanku peluang untuk menuju jalan keluar. Aku pasti bisa membawa beban ini, ya... setidaknya ku katakan seperti itu, beban perasaan maksudku. Aku tidak mengenalinya, kapan dan dimana, semua berjalan ibarat air mengalir. Mungkin bagiku sedikit menukil pepatah tersebut. Apa kau tahu arti dari hidup ini??? Apa kau juga tahu bagaimana semua masalah timbul dan menepi lalu masuk di kehidupan kita?? Ya... kita tidak akan pernah sejati mungkin mengerti akan hal itu. Tapi mungkin pernyataan itu terlalu berat untuk menjadikan standar hidup manusia. Jemariku lemas seketika, sesaat aku hirup udara malam yang semakin pekat. dalam kesendirianku, terlalu banyak yang harus ku pikirkan. Hidup ini terlalu sulit, jauh, dan kompleks. Haruskah aku lari dari kenyataan? Ataukah pergi dari dunia yang sedang aku jalani? Pikirku sejenak berubah, hatiku kembali menangis... apa yang terjadi??? Aku ibarat pagi yang tak bermentari. Kadang, aku sebagai manusia mencoba menjadikan semua ini lebih berarti dari yang aku bayangkan, apa aku salah dengan keadaanku saat ini?? Apa manusia itu pantas mendapatkan sesuatu yang lebih? Aku menjawab ”ya”, sangat pantas. Seperti seseorang yang selalu mendapatkan tempat yang khusus dan terhormat (satu contoh aku paparkan), hatiku kembali menangis... ingin aku berlayar di kehidupan yang sejati dengan perahuku sendiri... ”aku tak butuh kaum adam saat ini!!”. saat aku berdiri tegak di atas bumi ini, aku seperti serpihan kaca yang tak mungkin menyatu lagi, tangisku memecah..... Duhai malam... rubahlah semua hikayat serta dongeng ini agar aku bisa menjelma menjadi tokoh drama yang yang aku inginkan! Seseorang yang bisa menjauh dari perasaan ini, perasaan yang tak mungkin raga ini ciptakan dan selalu terlihat jelas dalam rentang waktuku. Tuhaaan... adakah waktu bagiku untuk mengulang dari awal? Atau mungkin harus ku hapus sisa-sisa cerita terdahulu??? Agar diriku mampu menjadi bidadari syurga, agar diriku mampu berada dalam singgasana yang lepas dan bebas dari semua ini??? Seseorang telah merenggut impianku. Apa yang kau lakukan jika mimpimu terpatahkan seketika oleh orang-orang yang akan kau jadikan sandaran hidup serta tempat berlabuh? Apa maksud semua ini??!!!... jika burung yang selalu berkicau lalu sayapnya patah, apa dia masih bisa terbang? Apa dia masih bisa berdendang ria di pagi embun yang basah? Apa dia juga masih bisa dengan bebas “Travel in the world” seperti yang dilakukan oleh “Hecataeus dan Miletus” pada abad yunani kuno karena mereka mengembara lalu membawa cerita aneh kepada murid-muridnya? Hanya satu jawaban yang tertuang “TIDAK” ya... “tidak” adalah jawaban yang aman dan sah. Aku harus pergi dari cerita ini, dan menjelma menjadi ”Saturnus” untuk hidupku yang ku idamkan karena bentuknya yang cantik. Aku harus pulang ! ”Desole... ” Akan ku jaga serta simpan baik sayap-sayap ku yang telah patah. Akan ku tata rapih di dalam lembaran hidupku yang lebih bermakna dan sejati, akan ku jadikan saksi bisu atas ketidakmampuanku melawan goresan makna yang pernah terucap dari ”adam”, Atas semua rangkaian kataku yang terserang duka lara begitu hebatnya. Sungguh, kekeliruanku menilai ”adam”... ingin ku berhenti lama, mungkin sekedar melepas belenggu yang menyayat kalbu. Aku ingin kembali di kehidupanku dulu, masa kecil yang menggugah perasaan. Suasana pedesaan yang begitu asri.. aku rindu kalian... semua wajah anak kecil yang tak terbebani, bebas berekspresi tanpa terkait dengan hati... aku rapuh!!! Sayapku patah... Kerapuhanku semakin menjadi, di tengah pekatnya malam ini... aku sangat berharap semoga ada sinar cerah yang membuatku bersemangat menerjang jika badai datang esok... *Aku mengalun simfoni yang sudah tak bernada.....

No comments:

Post a Comment